Deja vu
Pagi itu datang seorang gadis di usia ujung belasan tahun ke tenda pameran kami. Tak kuperhatikan sebelumnya, karena saya sibuk dengan bacaan. Sampai kemudian dia bertanya profil kegiatan lembaga kami. Sekilas kujawab seadanya, sambil menutup mulutku yang menguap terus sejak tadi. Terus dia nyerocos bertanya-tanya, sambil tangannya bergerak ke sana ke mari. Akhirnya kututup buku itu, Thus Spoke Zarathustra tulisan Nietzsche punya istriku yang selalu tidak kumengerti walaupun berulang-ulang kali kubaca. Penuh dengan simbol-simbol yang bercerita tentang manusia unggulan Übermensch . Dia bercelana lapangan, berbalut kaos tangan panjang warna tentara, dan kepalanya ditutupi jilbab hitam. Cocok sekali dengan sosoknya yang aktif. Sambil ngobrol tubuhnya lincah berpindah-pindah dari satu meja ke meja lainnya. Aku berusaha untuk terus menanggapinya. Sampai penasaran juga seperti apa sih wajahnya. Tak kulihat senyum di wajahnya sebagaimana halnya orang yang baru kenal biasanya mencoba mengakrab