Tulip dari Sinai

by: Muhammad Iqbal

terjemahan oleh: Abdul Hadi WM

Bagai orang asing bagi pribadimu
Kau cari jalan baru ke bintang di langit
Buka matamu, pandang dirimu umpama benih
Agar tersembul kau dari bumi bagai pohonan

Agar kau paham rahasia hidup
Kusampaikan ihwal dengan segenap rahasianya:
Mati sajalah kau jika tak punya jiwa
Jika punya, kau akan hidup kekal

Katamu insan dibentuk dari segumpal darah
Terikat dunia ada dan membusuk ini
Namun alam dengan bingkai jagatnya
Telah meletakkan arus pada dasar lautnya

Tak tahu aku apa aku anggur ata cawan
Mutiara atau oemilik mutiara
Jika kuterangi mataku dengan jiwa, kutahu
JIwaku dan aku tak sama dengannya

Dunia kita ini masih percobaan seorang pemahat
Perubahan demi perubahan ia alami siang dan malam
Pahatan nasib memerintahkan kita terus bekerja
Memberi bentuk, sebab ia masih pahatan kasar

Tak seorang tahu bagaimana Diri muncul mengada
Tak dari dunia ruang dan waktu ia berasal
Kudengar hikmah ini dari Khaidir nabi lautan:
"laut tak lebih tua dari ombaknya."

Apa arti kerisauan pikiran dalam kalbuku?
Mengapa ku tampak bagaikan rahasia
Terangkan padaku ini, o Filsuf bijak:
Tubuh diam, jiwa mengembara. Bagaimana dan mengapa?

Jika kau tahu kemungkinan-kemungkinanmu
Embun bisa kau cipta jadi lautan luas
O Hati, mengapa minta seberkas cahaya pada bulan?
Nyalakan lampumu agar terang malam-malammu

Berapa lama kau akan tetap berduka seperti ini?
Berapa lama sarangmu tetap di debu seperti semut?
Belajarlah terbang bagai elang dan membubunglah
Jangan di tanah kau mencari makan, tapi di angkasa

Jika kau dicipta
Bagai setetes embun
Bangkit dan belajarlah membasahi
Hati tulip

Jika kau dicipta sebagai duri
Tempellah sekuntum mawar segar
Ingatlah kemuliaan taman:
Belajarlah menikam

Jika kau disilang tukang kebun
Ddengan kembang lain
Belajarlah tumbuh segar
Bagai rumputan

Supaya lebih kuat
Dan tetap pahit
Tinggallah di bumbung arak
Dan matangkan dirimu di situ

Berapa lama kau akan tetap tinggal
Di bawah sayap lain?
Belajarlah terbang
Dengan bebas di taman

Ketika kuketuk pintu kedai
Penjaga kedai berkata:
"Pergi! Nyalakan sendiri api di Baitul Haram
Hingga hatimu menyala terang."

Tak pernah kupuja bentuk
Kuhancurkan sudah rumah berhala
Aku ini arus yang meluap
Kurecai semua rantai

Pikiranku ragu
Tentang ada dan tiadaku
Namun cinta mengumumkan
Aku ada

Aku memuja di rumah berhala
Dan shalat di Ka'bah
Kukalungi leherku untaian suci
Dan di tangan tasbih

Tak berani kukuras genangan duka ini
Sebab Kau yang memberinya
Kucegah air mataku menyembur
Agar mata air memancur dari kalbu

Arif dalam kata
Aku gila tindakan nyata
Mabuk anggur cinta pada-Mu
Tetap aku bersahaja

courtesy of Sassy girl

Comments

Popular posts from this blog

Kincir angin

Dolce & Gabbana pun mengoleksi jilbab

[sic!]