Life is fragile
Life is fragile, handle with prayer. Begitulah tulisan sebuah gantungan kunci, di sebuah toko suvenir di Bandara Kuala Lumpur. Rasanya pas di hati bila ingat situasi hari ini. Hidup ini begitu rentan, jumlah orang stress meningkat. Pun ketika menyambangi teman-teman lama ketika lebaran tiba. Banyak rutukan, sumpah serapah dan keluhan. Ada yang mengeluh belum dapat pekerjaan, pindah jadi ngajar di NHI (ngajaredog NHI=Nongkrong Hareupen Imah=Sundanese; berdiam diri saja nongkrong di depan rumah), atau kerja tapi gaji gak naek2. Ada juga yang berkeluh pingin kawin tapi gak berani ngajak anak orang hidup bersama di jaman kayak gini, dan ada juga yang belum ketemu pasangan jiwanya. All by myself.
Tapi semuanya saling berprasangka: saya menyangka teman-teman saya hidupnya sudah enak, berkecukupan. Begitu juga teman-teman menyangka saya sudah hidup gemah ripah loh jinawi. Rumput tetangga selalu lebih hijau, kecuali yg gak pernah disiram.
Kami juga ber-KLBK (kenangan lama bangkit kembali), saling bercerita gimana si A,B,C,D,E (kecuali si Q dan si X, krn seingat kami gak punya teman yg berawal dr huruf Q&X ;-). Life is fragile, kata itu mungkin cocok menggambarkannya. Dulu, ada teman yang baru lulus kuliah, langsung kerja, menikah, punya rumah. Pokoknya gambaran ideal seorang manusia terpenuhi. Tapi sekarang teman itu jobless, fired terkena skandal korupsi. Mulai lagi dari titik nol.
Di sekolahan kami dulu ada grup-grupan. Ada yang spesialis ulang tahun, ada juga grup jalanan dan yang hidupnya lurus-lurus saja. Grup ultah, penggiat disko, mereka selalu hadir di setiap acara ultah, walaupun tak ada undangan. Di sinilah para 'celeb' co' & ce' berkumpul. Kalau yang grup jalanan biasanya ngumpul... laki-laki semua... Pakai motor, yg gak punya ya bonceng. Dua grup ini kelakuannya sama buruknya, cuma beda gaya aja. Belajar merokok dan belajar minum, beberapa yg nge-gele dan kancing (istilah BK=pil penenang untuk anjing dulu, sekarang apa ya?). Urusan minum untuk grup jalanan biasanya cap kakek-kakek jahat dioplos Vodka (mungkin sekarang Topi miring (vodka tangerang)?), dan fanta. Sedangkan grup ultah, fanta ditambah sedikit wine dan rum. Sama-sama merah warnanya toh? Yang penting baunya aja di mulut Hahh... Dua-duanya memabukkan tolol!
Nah dulu, ada juga teman wanita kami yang termasuk 'celebs', incaran para lelaki muda di sekolahan kami, kini hidupnya biasa-biasa saja dan juga suaminya- katanya. Mereka bilang wani ngadu... lah .. [jeung bagong] Maksudnya kalau tahu dari dulu mah, sama gw aje nape *Whew*
Wah... ketawa-ketiwi sampai jam 1 malam, ingatannya kita masih bujangan gak bawa anak istri. Yang parah ada satu teman, yg beristri punya hobi patah2-in barang kalau suaminya telat pulang. Blingsatan-lah ia, karena di kepalanya sudah kebayang apa lagi yang akan dipatah-in. Waduh ... kata Bang Djuri.
Setelah pulang, berbaring, mata tak juga merem. Apa yg kau dapat hari ini? Banyak, tapi yg pasti: Life is fragile, you'll never know the days to come?
Suatu ketika nonton acaranya Metro TV atau JakTV atau apa (sorry lupa) tentang profil pekerjaan orang biasa di Jakarta. Si Bapak itu seorang pengurus mayat dengan anak 4 atau 5 (?), istri 1 ;-) gaji Rp900.000 tp dpt rumah dinas. Ketika ditanya oleh reporter bagaimana kehidupan di Jakarta dengan gaji segitu? Dia jawab ringan dan tulus (kulihat bola matanya): "Alhamdulillah, cukup. Selalu ada rejeki sampingan dari kiri dan kanan. Yang ngasih rezeki bukan manusia, tapi Allah." *Gdubrak*
Bear it with smile, otherwise asylum will be full-house. Bersyukurlah atas apa yang kau punyai hari ini. Life is fragile, handle with prayer
Tapi semuanya saling berprasangka: saya menyangka teman-teman saya hidupnya sudah enak, berkecukupan. Begitu juga teman-teman menyangka saya sudah hidup gemah ripah loh jinawi. Rumput tetangga selalu lebih hijau, kecuali yg gak pernah disiram.
Kami juga ber-KLBK (kenangan lama bangkit kembali), saling bercerita gimana si A,B,C,D,E (kecuali si Q dan si X, krn seingat kami gak punya teman yg berawal dr huruf Q&X ;-). Life is fragile, kata itu mungkin cocok menggambarkannya. Dulu, ada teman yang baru lulus kuliah, langsung kerja, menikah, punya rumah. Pokoknya gambaran ideal seorang manusia terpenuhi. Tapi sekarang teman itu jobless, fired terkena skandal korupsi. Mulai lagi dari titik nol.
Di sekolahan kami dulu ada grup-grupan. Ada yang spesialis ulang tahun, ada juga grup jalanan dan yang hidupnya lurus-lurus saja. Grup ultah, penggiat disko, mereka selalu hadir di setiap acara ultah, walaupun tak ada undangan. Di sinilah para 'celeb' co' & ce' berkumpul. Kalau yang grup jalanan biasanya ngumpul... laki-laki semua... Pakai motor, yg gak punya ya bonceng. Dua grup ini kelakuannya sama buruknya, cuma beda gaya aja. Belajar merokok dan belajar minum, beberapa yg nge-gele dan kancing (istilah BK=pil penenang untuk anjing dulu, sekarang apa ya?). Urusan minum untuk grup jalanan biasanya cap kakek-kakek jahat dioplos Vodka (mungkin sekarang Topi miring (vodka tangerang)?), dan fanta. Sedangkan grup ultah, fanta ditambah sedikit wine dan rum. Sama-sama merah warnanya toh? Yang penting baunya aja di mulut Hahh... Dua-duanya memabukkan tolol!
Nah dulu, ada juga teman wanita kami yang termasuk 'celebs', incaran para lelaki muda di sekolahan kami, kini hidupnya biasa-biasa saja dan juga suaminya- katanya. Mereka bilang wani ngadu... lah .. [jeung bagong] Maksudnya kalau tahu dari dulu mah, sama gw aje nape *Whew*
Wah... ketawa-ketiwi sampai jam 1 malam, ingatannya kita masih bujangan gak bawa anak istri. Yang parah ada satu teman, yg beristri punya hobi patah2-in barang kalau suaminya telat pulang. Blingsatan-lah ia, karena di kepalanya sudah kebayang apa lagi yang akan dipatah-in. Waduh ... kata Bang Djuri.
Setelah pulang, berbaring, mata tak juga merem. Apa yg kau dapat hari ini? Banyak, tapi yg pasti: Life is fragile, you'll never know the days to come?
Suatu ketika nonton acaranya Metro TV atau JakTV atau apa (sorry lupa) tentang profil pekerjaan orang biasa di Jakarta. Si Bapak itu seorang pengurus mayat dengan anak 4 atau 5 (?), istri 1 ;-) gaji Rp900.000 tp dpt rumah dinas. Ketika ditanya oleh reporter bagaimana kehidupan di Jakarta dengan gaji segitu? Dia jawab ringan dan tulus (kulihat bola matanya): "Alhamdulillah, cukup. Selalu ada rejeki sampingan dari kiri dan kanan. Yang ngasih rezeki bukan manusia, tapi Allah." *Gdubrak*
Bear it with smile, otherwise asylum will be full-house. Bersyukurlah atas apa yang kau punyai hari ini. Life is fragile, handle with prayer
Comments