Ketika musim haji tiba


Air laut menguap dan terangkat ke awan. Saat menguap, air itu kehilangan rasa pahitnya, dan menjadi murni dan segar kembali. Itulah sebabnya saat naik haji lebih baik berangkat jalan kaki daripada naik kuda, lebih baik naik kuda daripada naik mobil, lebih baik naik mobil daripada naik kapal, dan lebih baik naik kapal daripada naik pesawat.”

Itulah kutipan film Le Grand Voyage, karya Ismael Ferroukhi (Perancis-Maroko) yang sedang diputar di JiFFest 2005 (Jakarta International Festival) di Taman Ismail Marzuki. Film ini mengisahkan perjalanan haji seorang warga Perancis keturunan Maroko lewat jalan darat. Bapak yang menjelang tua itu minta diantarkan oleh anaknya, seorang pemuda yang sedang maceuh-maceuh-nya, yang hidup di Perancis dan 'sedikit' tercerabut dari akarnya. Baca resensinya di Kompas, 9/12).

Biasanya musim haji, atau lebaran haji, terlewatkan begitu saja. Yang ada di ingatan hanyalah sate kambing atau sapi. Tapi tahun ini agak berbeda. Karena ibuku dan ibu mertuaku pergi berhaji. Bangga rasanya, karena berhaji bagi seorang muslim merupakan impian tertinggi (ultimate dream). Yang berarti pula menggenapkan Rukun Islamnya yang ke-lima. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya terpanggil juga.

Kenapa terpanggil? Karena ibadah haji memang benar-benar panggilan atau undangan dari Sang Pemilik Kabah. Mereka yang datang adalah para tamu. Bayangkan berapa banyak orang yang cukup secara materi tapi tidak terpanggil? Mereka sudah mendaftar, coba saja lihat waiting list-nya. Puluhan ribu orang. Tak cukup materi saja, lihatlah ada banyak jalan menuju Kabah. Ada PNS yang diikutkan sebagai pendamping rombongan, jadilah dia Haji Nurdin (Nurut Dinas), atau Haji Kosasih (Ongkos dikasih). Ada juga yang jual tanah dan kebun (Haji apa yah?), dan ada juga yang mendapat undian Indomie, atau ABC.

Perjalanan berhaji ada yang menyebut perjalanan napak tilas seorang manusia, dan napak tilas para nabi dan juga miniatur kehidupan spiritual seorang manusia. Ada juga yang menyebut miniatur kehidupan akhirat. Dalam kegiatan berhaji itulah akan ditemui suatu tempat bernama Jabal Rahmah (bukit kasih sayang). Syahdan di sinilah Nabi Adam dan Siti Hawa (Eve) dipertemukan lagi, setelah puluhan (ratusan?) tahun berpisah semenjak diturunkan dari Surga ke Bumi. Ada juga prosesi berlari-lari 7 kali dari Bukit Safa ke Marwah, yang menggambarkan bagaimana Siti Hajar mencari air untuk anaknya Ismail. Sampai akhirnya keluar air (zamzam) dari jejakan kedua kaki Ismail. Maknanya berusaha wajib, tapi rezeki itu datangnya dari apa yang tidak kita sangka-sangka.

Ada juga prosesi ketika Nabi Ibrahim akan menyembelih anaknya Nabi Ismail. Sebelum melakukan perintah Allah itu, gangguan datang silih berganti dari sang Setan. Di situ ada prosesi melempar setan lewat simbol jumratul aqabah dan jumratul wustho. Lemparlah sesuatu yang besar, dulu baru yang kecil-kecil. Ada tahalul, menggunting rambut, katanya simbol dari membuang pikiran-pikiran kotor! Sampai puncaknya berkumpul di padang Arafah. Di sinilah jutaan manusia berpakaian putih-putih berkumpul bersama. Dikatakan inilah miniatur akhirat, ketika setelah hari kiamat manusia dikumpulkan padang mahsyar.

Ada banyak cerita-cerita yang tidak masuk akal, kalau kita mendengar cerita orang-orang yang pergi berhaji. Ada yang tersesat padahal hanya berputar-putar di pintu masuk mesjid, ada pula yang merasa dijemput pemuda ganteng. Kisah ini diceritakan seorang anak yang pergi bersama ibunya. Si anak shalat di sebelah ibunya yang sudah tua, ketika akhir shalat sang ibu tidak ada lagi di sisinya. Dicarinya selama seminggu. Setelah selama seminggu, si anak kembali lagi ke tempat sang Ibu ternyata dia masih duduk di sana. Ketika ditanya, sang Ibu menjawab bahwa ia tidak kemana-mana, tapi ia dibawa ke suatu tempat oleh seorang pemuda ganteng dan disuguhi makanan dan buah-buahan yang enak. Konon, sang Ibu di desanya banyak mewakafkan tanahnya untuk kepentingan-kepentingan sosial.

Ada lagi cerita seorang Ibu tetangga yang bertemu dengan temannya di Mekah, dan saling berbincang dan berpelukan. Dan ketika ia pulang ia pingsan begitu mendengar bahwa si Ibu itu telah meninggal dan tidak pernah pergi ke Mekah. Atau dengarlah cerita Rendra, si penyair berjuluk Burung Merak: ketika ia hendak berwudhu, tiba-tiba saja air dari kran berubah menjadi rasa Chivas Regal minuman keras favoritnya ketika masih suka minum. Setelah ber-istighfar dan mohon ampun barulah air itu kembali menjadi air biasa.

Menjadi Haji Mabrur adalah goal dari semua orang yang berhaji. Tapi tidak semua yang berangkat haji menjadi mabrur. Ada sebuah riwayat yang menyatakan bahwa pada suatu musim haji tidak ada yang mabrur, kecuali seorang pemuda yang bahkan tidak pergi ke Mekah pada tahun itu. **I'll try to find the full story on it, later**. Mabrur, ketika kembali ke lingkungannya ia menjadi air murni dan segar kembali sebagai seorang manusia. Berperan dalam lingkungannya, sekecil apapun.

Pada waktu syukuran haji kemarin (walimatul safarul haj), saya baru menyadari ibuku adalah seorang tokoh di lingkungannya. Begitu banyak undangan yang hadir dalam acara syukuran haji ini - Alhamdulillah. Handai taulan dan teman-temannya. Mereka begitu mengenal dekat ibuku, tempat bercurah hati ibu-ibu di sana. Orang bertangis-tangisan, mendoakan kepergiannya, keselamatannya, kemabrurannya pergi haji ini, dan kembali lagi ke rumah. **God ... she's my mom** Mataku sempat berkaca-kaca *boys dont' cry!**, terharu dan bangga. Dalam hati, saya melihat 'kesempurnaan' hidup seorang manusia. Di keluarga, Ibuku [dan alm. Bapakku] telah berhasil menjadikan anak-anaknya 'menjadi'. Sudah disapih semua anaknya, sudah terlepas dari busurnya. Di komunitasnya, dia adalah seseorang yang 'menjadi' juga.

Semoga juga tunai rukun Islam yang terakhir, menggenapkan rukun sebagai seorang muslim. Hingga suatu ketika tiba saatnya Allah memanggilnya: "Yaa ayyatuhal nafsul muthmainnah, irji'ii ilaa robbiki rodhiyatan mardhiyyah, fadkhulii fii 'ibaadhii, wadkhuli jannati" (QS Al Fajr: 27-30). Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.

Selamat jalan, semoga menjadi haji mabrur. Amien.

Comments

Popular posts from this blog

Kincir angin

Dolce & Gabbana pun mengoleksi jilbab

[sic!]