Sunset

Sore ini kita melakukan lagi ritual kita, setelah lama terlupakan. Duduk bersila di bibir pantai, dan masing-masing ditemani secangkir kopi dan sebatang rokok. Wajah klimis habis mandi menghadap matahari yang mau surup. Itulah ritual kami sore hari di pinggir pantai. Banyak orang melakukan ritual seperti kami. Di Bali, Pattaya atau Waikiki, dan kami saat ini di pantai selatan Jawa. Sancang. Pantai yang sunyi dan sepi.

Inilah salah satu moment indah di dunia. Waktu peralihan dari siang ke gelap. Minan nur ila dzulumati. Exit light, enter night. Di bibir pantai inilah terlihat jelas beda antara siang dan malam. Di mana batas pandangan mata adalah horizon, garis langit yang bertemu garis lautan. Inilah waktu pemisah kehidupan
antara makhluk diurnal dan nocturnal. Begitu juga manusia diurnal dan manusia nocturnal.

Perlahan matahari turun menuju horizon. Tapi ini kali, kau kelihatan gelisah. Sementara mata ini terhanyut pada matahari yang temaram. Kemudian terang sambil mengerjap-ngerjap. Setengah dan dengan cepat meluncur turun. Inilah surup. Pantai yang tadi temaram berwarna oranye kini gelap gulita. Kesadaran telah kembali, ketika kudengar suara isak. Kulihat dia membelakangi matahari.

Kupukul punggungnya, Kenapa?
Apakah besok matahari masih keluar? Aku takut inilah hari terakhir matahari terbenam, jawabnya.
Aku tertawa. Sambil menjingjing cangkir, meninggalkannya yang masih terpekur dan mengisak, aku berjalan merasakan lembutnya pasir pantai ini. Baru tersadar, itu berarti KIAMAT??!!

Comments

Popular posts from this blog

Kincir angin

Dolce & Gabbana pun mengoleksi jilbab

[sic!]