welkom

Sejarah katanya suka berulang. Kaki akhirnya menjejakkan kaki di Schipol, konon bandara kedua tersibuk setelah Heathrow, pada 13 September. Memoriku pun retrieved.

Tepat 5 tahun yang lalu di tgl yg sama kaki ini juga menjejakkan kaki yang sama.
I shall return, kata Jend. Mac Arthur. Waktu itu pas sehari setelah WTC meleduk, 11 September, saya terbang dg Kuwait Air. Tiba di Kuwait semua penerbangan berubah, ke Amerika closed down. Tertahan beberapa jam, akhirnya terbang juga. Pemeriksaan ketat. Namaku dicurigai karena berbau arabisch, tapi setelah dipanggil wajah oriental. Lolos. Semua orang berdoa. Orang-orang Timur Tengah itu dan perempuan berjilbab memain2kan tasbihnya. Saya terlelap. Ketika mau mendarat, semua orang cemas apakah bisa mendarat mulus? Ketika sudah ground-off semua orang bertepuk tangan. A nice flight with hands clapping.

Nah kemarin tuh mendarat mulus tanpa tepuk tangan, tapi sy berujar alhamdulillah. Lalu pemeriksaan visa, passport: nama arabisch, si penjaga looked at my face, oriental. Lolos. Ada kawan dari NTB yang barengan ternyata tertahan di pintu imigrasi entah kenapa.
Kawan NTB melambai, kuhampiri. Si polisi tinggi besar menghampiriku, speak English? You both are in a group? Sya bilang, just a same flight. So you can go. Kawanku tadi dicangkring di sana. Apa boleh buat.

Beres claim barang, cari internet atau telpon, got no result. Wah gak ada yg jemput. Udah pada sibuk kuliah. Nongkrong dulu di meeting point. Itu bangunan kotak-kotak merah putih. Ketemu 2 Indon yang mo pergi ke Noordsea kerja di minyak lepas pantai. Dia bilang kantor pusatnya di Italia, dapat jatah 3 minggu 2 minggu on- and off-coast. Anak istri di Indon. Wah kuatan bgt. Yah karena bakat aja Mas. Bakat kubutuh (Sundanesse=karena butuh).

Akhirnya kubeli tiket spur. Minta aja print stasion perhentian KA. Rutenya: Schipol-Utrecht Central, terus ganti kereta ke Ede Wageningen. Dari sana naek bis. Siip, cari spoor/lorong ke msg2 jurusan. Kereta pada kosong karena jam kerja udah lewat. Koperku tnyata cukup berat, utk jatah setahun setidaknya. Isinya yah Indomie dan A Mild. Karena agak lama ngegeret koper, jatah pindah antar spoor beda jurusan yg cuma 10 menit jd terlewatkan. Haiya... Harus nunggu 1/2 jam lagi. Ini nih salah satu bentuk keteraturan yang kadang menjengkelkan. Kalau di kita kan kita bisa nunggu angkot lain
lewat yang tak selang 1 minit. **Tapi ini kereta api kang**.

Akhirnya tiba juga di Wageningen pake... taksi. Karena berat klo naik bis berdesakan. Pfuih... bayar
20.2. Kecil... dalam hati apalgi Mercedes Benz disupiri bule pula. Seorang teman menjemput di stasion bis. Kaget dia, pake taxi. Wey, borju loeh. Berapa? 20 bisa seminggu makan (orang Indon tentu saja :-)). Well, I'm a new a kid on the block. **Garuk-garuk kepala**. Ya daripada geret-geret koper berat.

Masalahnya dari station ke kantor administrasi Uni harus jalan lagi (gak ada angkot di sini, Kang). **Melongo**... Walhasil saya ditunjukan arahnya ke CSA itu karena dia hrs kuliah. Finally, geret lagi tuh koper sambil lap muka yang keringatan. God, it takes 15 minutes to go.

Sampelah di kantornya CSA 'For quality of life'. Wilkommen, goede morgen. Chit chat dikit dianterin ke bag. tata usahanya. Diberi setumpuk formuleer. Mulailah hidup di 'city of life sciences' ini.

Comments

Popular posts from this blog

Kincir angin

Dolce & Gabbana pun mengoleksi jilbab

[sic!]