Dreaming tea

Nikmat betul rasanya berbuka kemarin. Masalahnya bukan karena ada yang kirim kolak, atau es teler 77 Air Mancur. Tapi karena dibuatkan teh oleh my Dutch corridormate. Dan rasanya, erg mooi.

Awalnya kami masak bareng. Saya untuk berbuka puasa dan dia untuk dinner. Sama-sama dinner sih. Sedikit chit-chat bahwa dia baru terima bunga, yang dikirim her boyfriend.

It's ridiculous. I lay on my bed all day, and when I wake up I got a bucket of flowers. Kebetulan dia libur dari kerjanya hari itu.

Last week, I got flower from my parent for my master's graduation. So, I have a bunch of flowers in my room.
Ha, gefeciliteerd.

But I'm happy with it, dengan suara dan wajahnya yang sumringah.

Sure, you have to. Which girl will ignore flowers sent by her lover. How kind of him.


Sejujurnya, Minggu lalu, saya dibuat pusing oleh pacarnya dan dia. Pasalnya mereka asyik masyuk sampai sekoridor terdengar. *Kayak mendengarkan mp3*. Tapi saya masih belum mengerti apa perbedaan cinta dan sex bagi orang bule, karena di coridor yang lain seorang teman Indonesia cerita, bahwa si cewek sudah agak lama hidup sekamar dengan teman cowoknya. Tapi besoknya dan hari-hari selanjutnya si cewek itu sudah pindah ke kamar cowok sebelahnya lagi. Usut punya usut katanya bertengkar.

Chit chat terus berlanjut, hingga dia berkata ,"You always wake up early in the morning. Do you take your breakfast before the sun comes up, don't you?"

Ya, saya bilang. Rupanya dia sudah tahu tentang puasa di bulan ramadhan yang diakhiri oleh Ied festival, makan-makan yang banyak. Senang ya katanya. Tapi dia tidak yakin bisa melakukan ini.

"I always respect to people who sacrify their life for the things they believe," katanya sambil memandang wajahku.
"God, it's awesome", sungguh-sungguh air mukanya. Kamu bangun pagi-pagi, tetap bekerja, tidak makan dan minum. Hebat, katanya.

Kamu bisa kok melakukannya, kalau kamu sudah terbiasa. Dan ditambah keyakinan, saya bilang.

Ya, dan kamu hidup dengan orang-orang yang sama melakukannya. Anyway, kamu dan teman-temanmu orang hebat. I proud of you, ik ben leren van je.

Ok, sebagai sikap hormat saya, saya akan buatkan teh untuk kamu, katanya. 



Pas adzan magrib, saya buka dengan teh itu. Subhanallah, rasanya... God its awesome. Seperti ada gum-nya gitu dan wangi. Dan ditambah karena dibuatnya dengan tulus mungkin. Alhamdulillah.

Kemudian saya bilang dia, Thanks for the tea. The taste is awesome, delicious.
Ja, alstublift, we call it a dreaming tea, a special tea.

Comments

Popular posts from this blog

ramadan.in.nl

Perubahan selera humor anda mungkin penanda awal penyakit pikun

Resep Rahasia Coca-Cola 'Bocor' ternyata beralkohol