Cadar dan Yvonne Ridley
Beberapa mungkin sudah mengenal Yvonne Ridley. Kalau belum, dia adalah wartawati Sunday Express, waktu itu, yang ditangkap oleh Taliban, 15 hari setelah 11 September 2001. Menurut ceritanya, dia dilepaskan setelah berjanji akan mempelajari Islam dan Quran. Setelah dia kembali ke Inggris dia menepati janjinya. Kini dia menjadi muslim sejak summer 2003. Sebagai seorang penulis politik dan feminis, dia sering membuat tulisan yang membela kepentingan wanita, dan kini sering membela wanita muslim. Sampai saat ini dia menjabat sebagai editor politik untuk tv Islam Channel di Inggris.
Waktu itu dia tertangkap, saat terjatuh dari keledai yang membawanya menyelundup dari Pakistan di perbatasan dengan Kabul untuk tugas peliputan. Ketika jatuh di depan seorang tentara Taliban, di tubuhnya ditemukan kamera tersembunyi. Pada waktu itu dia menggunakan burqa, kita mengenalnya pakaian khas Taliban dari berita-berita di TV setelah kejatuhan Taliban. Burqa ini lengkap dengan kain penutup wajahnya atau cadar.
Di Belanda saat ini sedang hangat isu rancangan undang-undang larangan cadar (veil, bukan jilbab), walaupun liputan di koran-koran Belanda tidak terlalu hangat. Alasannya menurut Menteri Integrasi dan Imigrasi, Rita Verdoonk, "the Cabinet finds it undesirable that face-covering clothing - including the burqa - is worn in public places for reasons of public order, security and protection of citizens". Jika disetujui maka pemakaian cadar ini dilarang pemakaiannya di jalanan, di sekolah, kereta api, bus dan sidang pengadilan.
Para kritikus menolak keras pelarangan ini karena bertentangan dengan human right. Tapi kalangan muslim menilai bahwa pelarangan ini akan berlaku sedikit demi sedikit ke pelarangan jilbab. Isu busana muslim wanita ini memang sedang menjadi perbincangan hangat di Eropa. Perancis sudah lebih dulu melarang pemakaian jilbab di sekolah-sekolah umum. Beberapa negara bagian Jerman telah melarang guru memakai jilbab kala mengajar. Italia sudah melarang pemakaian penutup wajah karena alasan kekerasan lokal dan keamanan dalam negeri. Bulan Oktober lalu, Jack Straw, mantan menlu dan kini menjabat Ketua parlemen Inggris juga menyerukan hal yang sama (lihat di Telegraph.co.uk).
Di Belanda sendiri sangat sedikit orang yang memakai burqa. Karena itu sebagian muslim Belanda menilai hal ini tidak penting mengatur kebijakan hanya bagi sebagian kecil saja. Beberapa menilai ini hanya ulah Verdoonk saja.
Verdoonk memang dikenal dengan kebijakan imigrasinya yang keras, karenanya dikenal sebagai 'Iron Rita'. Di antaranya mewajibkan calon imigran tertentu- terutama dari Timur Tengah untuk belajar bahasa dan budaya Belanda, yang mengharuskan mereka menghormati nilai-nilai liberalisme Belanda termasuk kebebasan bagi kaum homoseks dan lesbian. Dengan usulan percaradan ini, kini kebijakan itu menjadi sesuatu yang membingungkan bagi sebagian orang.
Verdoonk juga menyulut kemarahan Muslim karena menyebutkan bahwa para imam menyebarkan terosrime lewat khutbah-khutbahnya. Hal ini mengingatkan pada kasus pembuatan film tentang kehidupan wanita muslim oleh sutradara Theo van Gogh dan skripter Ayaan Hirsi Ali. Van Gogh mati dibunuh oleh Mohammed Bouyeri, dan Hirsi Ali dideportasi karena terbukti ilegal imigran. Bouyeri disangka tersulut emosinya akibat dari khutbah Jumat yang diikutinya.
Verdoonk juga secara terang-terangan membela seorang wanita Belanda yang menabrakkan mobilnya dan melindas sampai mati seorang pemuda Maroko yang merampas tasnya dari mobilnya. Ia juga membatalkan pertemuannya dengan para tokoh muslim yang menolak berjabat tangan dengannya.
Memang pemakaian busana Muslim ini bermacam-macam (lihat di sini). Yvonne Ridley kini juga berjilbab, yang menurutnya, "My dress tells you that I am a Muslim and that I expect to be treated respectfully, much as a Wall Street banker would say that a business suit defines him as an executive to be taken seriously." Dan dia menulis pembelaannya tentang cadar di Washington Post, 22 Oktober: How I came to love the veil.
Gambar diambil dari sini
Waktu itu dia tertangkap, saat terjatuh dari keledai yang membawanya menyelundup dari Pakistan di perbatasan dengan Kabul untuk tugas peliputan. Ketika jatuh di depan seorang tentara Taliban, di tubuhnya ditemukan kamera tersembunyi. Pada waktu itu dia menggunakan burqa, kita mengenalnya pakaian khas Taliban dari berita-berita di TV setelah kejatuhan Taliban. Burqa ini lengkap dengan kain penutup wajahnya atau cadar.
Di Belanda saat ini sedang hangat isu rancangan undang-undang larangan cadar (veil, bukan jilbab), walaupun liputan di koran-koran Belanda tidak terlalu hangat. Alasannya menurut Menteri Integrasi dan Imigrasi, Rita Verdoonk, "the Cabinet finds it undesirable that face-covering clothing - including the burqa - is worn in public places for reasons of public order, security and protection of citizens". Jika disetujui maka pemakaian cadar ini dilarang pemakaiannya di jalanan, di sekolah, kereta api, bus dan sidang pengadilan.
Para kritikus menolak keras pelarangan ini karena bertentangan dengan human right. Tapi kalangan muslim menilai bahwa pelarangan ini akan berlaku sedikit demi sedikit ke pelarangan jilbab. Isu busana muslim wanita ini memang sedang menjadi perbincangan hangat di Eropa. Perancis sudah lebih dulu melarang pemakaian jilbab di sekolah-sekolah umum. Beberapa negara bagian Jerman telah melarang guru memakai jilbab kala mengajar. Italia sudah melarang pemakaian penutup wajah karena alasan kekerasan lokal dan keamanan dalam negeri. Bulan Oktober lalu, Jack Straw, mantan menlu dan kini menjabat Ketua parlemen Inggris juga menyerukan hal yang sama (lihat di Telegraph.co.uk).
Di Belanda sendiri sangat sedikit orang yang memakai burqa. Karena itu sebagian muslim Belanda menilai hal ini tidak penting mengatur kebijakan hanya bagi sebagian kecil saja. Beberapa menilai ini hanya ulah Verdoonk saja.
Verdoonk memang dikenal dengan kebijakan imigrasinya yang keras, karenanya dikenal sebagai 'Iron Rita'. Di antaranya mewajibkan calon imigran tertentu- terutama dari Timur Tengah untuk belajar bahasa dan budaya Belanda, yang mengharuskan mereka menghormati nilai-nilai liberalisme Belanda termasuk kebebasan bagi kaum homoseks dan lesbian. Dengan usulan percaradan ini, kini kebijakan itu menjadi sesuatu yang membingungkan bagi sebagian orang.
Verdoonk juga menyulut kemarahan Muslim karena menyebutkan bahwa para imam menyebarkan terosrime lewat khutbah-khutbahnya. Hal ini mengingatkan pada kasus pembuatan film tentang kehidupan wanita muslim oleh sutradara Theo van Gogh dan skripter Ayaan Hirsi Ali. Van Gogh mati dibunuh oleh Mohammed Bouyeri, dan Hirsi Ali dideportasi karena terbukti ilegal imigran. Bouyeri disangka tersulut emosinya akibat dari khutbah Jumat yang diikutinya.
Verdoonk juga secara terang-terangan membela seorang wanita Belanda yang menabrakkan mobilnya dan melindas sampai mati seorang pemuda Maroko yang merampas tasnya dari mobilnya. Ia juga membatalkan pertemuannya dengan para tokoh muslim yang menolak berjabat tangan dengannya.
Memang pemakaian busana Muslim ini bermacam-macam (lihat di sini). Yvonne Ridley kini juga berjilbab, yang menurutnya, "My dress tells you that I am a Muslim and that I expect to be treated respectfully, much as a Wall Street banker would say that a business suit defines him as an executive to be taken seriously." Dan dia menulis pembelaannya tentang cadar di Washington Post, 22 Oktober: How I came to love the veil.
Gambar diambil dari sini
Comments
Semoga PERSIB bersinar lagi. Kita sudah rindu sama Pangeran Biru.
Salam BLUES (ini sih maskudnya Chelsea...!:-)