Sinterklaas
Hari Sabtu pagi ini Sinterklaas tiba di Wageningen, dengan pakaian kebesarannya berwarna merah putih dengan mahkota yang mewah berkendara kereta yang ditarik kuda berwarna putih. Kedatangannya didahului oleh sepasukan drum band. Maka ramailah suasana, persis seperti pawai 17-an.
Di Centruum kota Wageningen, anak-anak berkumpul ditemani orang tuanya berebut untuk bersalaman, berfoto dan bernyanyi menyambut Sinterklaas. Para orangtua saling bercerita mengenang masa kecil mereka tentang Sinterklaas sambil terbahak-bahak.
Cerita Sinterklaas ini kata Cindy teman kost-ku, memang khas Belanda (dan Belgia). Kemudian diadaptasi dalam Bahasa Inggris jadi Santa Claus. Itu kata orang Belanda, a proud Dutch. Perayaan ini untuk mengenang kematian Sint Nikolaas, yang terkenal suka memberikan hadiah secara rahasia.
Sinterklaas datang ditemani oleh beberapa pelayannya yang dipanggil Zwarte Pieten (si Piet -Piet hitam) karena muka dan tangannya berwarna hitam. Si Piet-Piet hitam ini katanya representasi dari setan-setan yang berhasil ditaklukan oleh Sinterklaas dan menjadi abdinya. Anak-anak, beberapa di antaranya berkostum sang pangeran, ribut memanggil-manggil si Piet hitam berharap diberi kukis dan permen. Kue kecil-kecil itu bernama pepernoten/kruidnoten. Tetapi beberapa anak kecil tak kuasa menyembunyikan ketakutannya melihat muka si Piet yang hitam legam dan bertingkah menakutkan. Sementara yang sudah agak besar hanya ketawa-ketawa senang.
Sinterklaas membawa buku tebal di tangan kanannya, yang katanya berisikan semua nama anak-anak kecil dengan catatan apakah si anak berkelakukan baik atau buruk selama setahun ini. Nah dari tengah November ini sampai puncaknya 5 Desember, sebelum tidur malam anak-anak Belanda ini akan bernyanyi memuji-muji Sinterklaas dan meletakkan sepatunya berisi wortel makanan kuda Sinterklaas di depan perapian- sekarang sepertinya di depan heater ya. Mereka berharap dicatat sebagai anak baik dan mendapatkan hadiah dari Sinterklaas di malam 5 Desember atau pagi 6 Desember nanti sebagai puncaknya. Suka citanya mungkin sama seperti anak-anak di kita menerima hadiah lebaran.
Di Centruum kota Wageningen, anak-anak berkumpul ditemani orang tuanya berebut untuk bersalaman, berfoto dan bernyanyi menyambut Sinterklaas. Para orangtua saling bercerita mengenang masa kecil mereka tentang Sinterklaas sambil terbahak-bahak.
Cerita Sinterklaas ini kata Cindy teman kost-ku, memang khas Belanda (dan Belgia). Kemudian diadaptasi dalam Bahasa Inggris jadi Santa Claus. Itu kata orang Belanda, a proud Dutch. Perayaan ini untuk mengenang kematian Sint Nikolaas, yang terkenal suka memberikan hadiah secara rahasia.
Sinterklaas datang ditemani oleh beberapa pelayannya yang dipanggil Zwarte Pieten (si Piet -Piet hitam) karena muka dan tangannya berwarna hitam. Si Piet-Piet hitam ini katanya representasi dari setan-setan yang berhasil ditaklukan oleh Sinterklaas dan menjadi abdinya. Anak-anak, beberapa di antaranya berkostum sang pangeran, ribut memanggil-manggil si Piet hitam berharap diberi kukis dan permen. Kue kecil-kecil itu bernama pepernoten/kruidnoten. Tetapi beberapa anak kecil tak kuasa menyembunyikan ketakutannya melihat muka si Piet yang hitam legam dan bertingkah menakutkan. Sementara yang sudah agak besar hanya ketawa-ketawa senang.
Sinterklaas membawa buku tebal di tangan kanannya, yang katanya berisikan semua nama anak-anak kecil dengan catatan apakah si anak berkelakukan baik atau buruk selama setahun ini. Nah dari tengah November ini sampai puncaknya 5 Desember, sebelum tidur malam anak-anak Belanda ini akan bernyanyi memuji-muji Sinterklaas dan meletakkan sepatunya berisi wortel makanan kuda Sinterklaas di depan perapian- sekarang sepertinya di depan heater ya. Mereka berharap dicatat sebagai anak baik dan mendapatkan hadiah dari Sinterklaas di malam 5 Desember atau pagi 6 Desember nanti sebagai puncaknya. Suka citanya mungkin sama seperti anak-anak di kita menerima hadiah lebaran.
Comments