Teacher of the year

Poster ini terpampang di papan pengumuman di kampusku. Wow, ternyata pemilihan dosen (ternyata Dutch:docent) terbaik tahun ini. Who is your most excellent teacher? Posternya sangat menarik. Menggambarkan macam-macam tingkah polah.

Kulihat beberapa teacher di programku masuk kandidat. Salah satunya Andre ... (family name disamarkan). Dosen yang satu ini ngocol dan ngoceh abis. Kuliah bisa 3-4 jam tanpa istirahat. Tapi kuliahnya memang menarik.

Tapi di sini saya akan bercerita tentang tulisan docenten yang bahasa Inggrisnya kurang gress. Itu bukan pendapatku, tapi ditulis di PleeSF atau koran WC -newsletter-nya PSF (Progressieve Studenten Fraktie). PSF sebagai salah satu fraksi di Student Council, memasang newsletter-nya di (hampir) semua WC student flat. Ide yang brilian- menurut saya- karena pasti mau tidak mau dibaca oleh yang sedang nongkrong -daripada melamun!

Nah, balik lagi ke Engels, edisi November PleeSF ini menulis tentang Engels van docenten berdasarkan hasil diskusi terbuka mahasiswa. Katanya, Universitas ini membuka program dalam bahasa Inggris, tapi beberapa dosen kesulitan menyampaikan kuliahnya dalam bahasa Inggris. Lebih parah lagi, beberapa mahasiswa tidak mengerti soal exam. Jangankan menjawab, mengerti soalnya aja susah. **Aduh.. pantesan exam kemarin aku gak bisa jawab, ternyata soalnya susah. Karena biasanya bagiku, soal-soalnya mudah-mudah, cuma jawabannya aja yang susah**.

Nah, ditulis di situ bagaimana bisa begitu? Maka solusinya harus dicari jalan keluarnya untuk meningkatkan kapasitas bahasa Inggris dosennya.

Memang di kelas juga, para mahasiswa Belandanya pun kadang-kadang agak kesulitan berdiskusi dalam bahasa Inggris. Jadi ingat teman Dutch saya dulu yang artikel jurnalnya diedit ulang oleh orang Inggris dengan alasan Dutch-English, padahal menurut saya sudah English.
Tapi tetap saja kita-kita kalah jauh dari mereka, dan masih lebih banyak yang fluently. Karena bahasa Inggris sudah diajarkan jauh-jauh hari sejak elementary school.

Beberapa teman Belanda saya kebanyakan bisa bicara atau mengerti beberapa bahasa dan termasuk cepat tangkap. Termasuk bahasa Indonesia yang katanya sangat mudah gramatikanya. Iya yah??

Comments

Popular posts from this blog

Kincir angin

Dolce & Gabbana pun mengoleksi jilbab

[sic!]